Kuliah tamu ini membahas topik Adaptive Reuse atau pemanfaatan kembali bangunan bersejarah secara adaptif, yang disampaikan oleh Dr. Mohd Ruzaini bin Che Zahari dari Universitas Teknologi Malaysia. Beliau memulai kuliah tamu ini dengan menjelaskan definisi bangunan bersejarah. Bangunan bersejarah didefinisikan sebagai bangunan yang memiliki nilai penting dari segi sejarah dan budaya, baik melalui arsitekturnya maupun kaitannya dengan peristiwa atau tokoh penting. Melestarikan bangunan bersejarah dianggap penting karena bangunan tersebut merupakan simbol dan bukti nyata dari sejarah, gaya hidup, serta budaya yang berkembang di sekitarnya.
Setelah itu beliau lanjut menjelaskan beberapa pendekatan dalam pelestarian bangunan bersejarah, termasuk restorasi, konservasi, dan rekonstruksi. Restorasi bertujuan untuk mengembalikan bangunan ke bentuk aslinya, konservasi berfokus pada mencegah kerusakan lebih lanjut, sementara rekonstruksi membangun kembali bagian yang hilang dari bangunan tersebut.
Strategi Adaptive Reuse merupakan upaya melestarikan bangunan bersejarah dengan memberikan fungsi baru yang relevan dengan kebutuhan modern. Contoh penerapan di Malaysia mencakup Masjid Ihsaniah Iskandariah dan Hotel Penaga di Penang, yang menggabungkan unsur pelestarian dan efisiensi energi. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam adaptive reuse meliputi kebutuhan masyarakat, karakteristik bangunan, nilai sejarah, serta potensi perubahan fungsi yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, kuliah tamu ini juga menyoroti contoh penerapan adaptive reuse di daerah pedesaan, seperti proyek di Desa Wenchun di Tiongkok dan Desa Bawomataluo di Nias, Indonesia. Proyek-proyek ini menunjukkan bagaimana bangunan tradisional dapat diadaptasi untuk penggunaan modern tanpa menghilangkan nilai budaya dan sejarahnya. Secara keseluruhan, kuliah tamu ini menekankan pentingnya strategi pemanfaatan kembali bangunan bersejarah untuk menjaga warisan budaya sambil memenuhi kebutuhan masa kini.